Categories
  • Agenda
  • Artikel
  • Cerita Kampung
  • Event
  • Kabar
  • Program
  • BLITAR DAN DNA PEJUANG

    Feb 07 202542 Dilihat

    Dokumentasi by Arif

    Beberapa hari yang lalu saya tinggal di Blitar. Menyisir beberapa desa dan tempat. Bertemu dengan orang-orang baru. Saya memulainya dengan menemui kenalan atau teman lama semasa kuliah. Lewat mereka saya bisa diajak bertemu orang-orang lain yang sebelumnya tidak saya kenal. Termasuk mengenal komunitas gerakan “atas tanah” (istilah yang saya buat sendiri sebagai antonim gerakan “bawah tanah” yang terkesan rahasia dan terlarang. Ini semacam gerakan populis yang tidak populer karena memang tidak berorientasi popularitas, dan bergerak di akar rumput yang tidak terekspose namun berdampak nyata). Gerakan apa itu? Nanti saya ceritakan.

    Bukan hanya bertemu komunitas, namun saya juga bertemu dengan person-person yang spirit dan aktivitasnya merupakan gerakan untuk masyarakat akar rumput. Mereka melakukan edukasi ke masyarakat, lakukan praktik bersama-sama, buat demo plot, dan memantau hasilnya bersama-sama. Hasil pembelajarannya atau pengembangan ilmunya akan ditularkan ke orang lain lagi. Semua itu dilakukan secara mandiri dan gratis.

    Saya akan menceritakan sekilas saja dua di antara mereka (yang merepresentasikan komunitas dan pribadi). Pertama, saya dipertemukan dengan komunitas nutrisi (teman saya menyebutnya begitu, dan dia juga bagian dari penggerak komunitas itu). Di dalam komunitas itu ada ahli mikroba yang belajar secara otodidak (tidak melalui jalur akademik, namun secara teoretik tuntas). Ia mlakukan riset tentang mikroba bertahun tahun dan mengujinya (mengaplikasikannya) di pertanian, peternakan, dan prikanan. Mereka punya ramuan yang sumber bahan bakunya dari lingkungan sekitar (mudah didapatkan) sehingga siapapun yang mengerti teori dan resepnya bisa mempraktikkannya sendiri. Selain ahli mikroba, ada juga yang ahli tanah, ahli tanaman, dan lain-lain yang semua bersatu dan bersepakat untuk mengajarkan ke masyarakat (petani, pekebun, peternak, nelayan, dll.). Harapannya, masyarakat itu bisa mendapatkan ilmu terapan yang bisa meningkatkan kualitas sumber penghasilannya di sektor yang di geluti selama ini.

    Setiap seminggu sekali, komunitas nutrisi yang ternyata (pada akhirnya saya tahu) punya kelembagaan bernama Lestari ini menggelar Sekolah Rakyat yang salah satu kegiatannya adalah Ngaji Tani. Mereka berkeliling dari satu tempat ke tempat lain untuk mengajari para petani tentang ilmu pertanian, cara mengolah tanah dengan benar, membuat pupuk organik, dan membuat nutrisi dari bahan baku yang ada di sekitar mereka. Bukan hanya mengajari secara teoretik, tetapi juga ada praktik pembuatan secara langsung, sehingga di beberapa titik ada sentra produksi pupuk dan nutrisi milik kelompok-kelompok petani itu.

    Gerakan yang dilakukan oleh komunitas ini betul-betul gerakan rakyat yang memegang teguh nilai dan ideologi kerakyatan. Tujuan mereka adalah membangun kemandirian petani atas benih dan pupuk, sehingga ini akan membawa pada cita-cita besar, yaitu Kedaulatan Petani. Jika negara kita saat ini masih berupaya (entah serius atau tidak) mengusahakan (memprogramkan) Ketahanan Pangan, maka kelompok/komunitas ini sudah bergerak menuju Kedaulatan Pangan. Mungkin gerakan mereka (masih) kecil, namun konsisten, persisten, dan ideologis.

    Yang kedua, saya bertemu (tepatnya menemui) seorang bernama Boing Kristiawan. Ia adalah pencipta varietas baru benih padi yang tingginya bisa mencapai dua meter. Ia menamakan varietas padinya ini dengan nama PIM (Petani Indonesia Menggugat). Ia melakukan riset untuk menciptakan varietas baru ini sejak tahun 2002 hingga 2012. Sejak tahun 2015 sudah ditanam oleh petani (mandailing.com, 27/03/2018).

    Bukan hanya itu, pria yang setahun lagi pensiun dari PNS sebagai PPL Dinas Pertanian Kabupaten Blitar ini juga menciptakan banyak produk berbasis pertanian. Ada 16 produk yang dia ciptakan, termasuk di antaranya adalah cairan penetral nikotin dan racun-racun lain di dalam rokok. Produk ini cocok bagi perokok agar dadanya (paru-parunya tetap sehat. Bahkan, cairan ini bisa membersihkan flek-flek di paru-paru. Hebatnya, produk-produk hasil temuannya ini tidak ada yang dihargai mahal. Mengapa? Agar rakyat bawah bisa menikmatinya. Jadi, visi dan apa yang dilakukannya juga ideologis sekali. Untuk kepentingan rakyat kelas bawah.

    Dari pertemuan saya dengan beberapa kelompok dan person yang dua di antaranya saya ceritakan di atas (karena sejatinya masih banyak yang seperti mereka), saya jadi berpikir: apakah memang DNA orang-orang Blitar itu adalah DNA pejuang, ya, kok mereka sangat ideologis sekali dengan keberpihakannya terhadap rakyat di akar rumput. Mengingat mereka saya terasosiasi pada Bung Karno sanga pejuang, proklamatoir, presiden pertama RI, dan salah satu founding fathers NKRI ini. Rupanya spirit Bung Karno menular ke orang-orang Blitar. Di Blitar inilah rupanya para pejuang penerus spirit kerakyatan Bung Karno “bersarang” dan terus tumbuh berkembang.

    Semoga.

    Malang, 7 Februari 2025

    Kontributor Arif Bustan

    Share to

    Related News

    SKETSA HIDUP RUANG KAMPUNG URBAN

    by Mar 17 2025

    SKETSA HIDUP RUANG KAMPUNG URBAN Ceritakan Ruang Kampung dalam Visual AI Di balik gemerlapnya gedung...

    Penyuara Angin Oleh Misbach Bilok

    by Nov 05 2024

    Dangngong dalam bahasa Selayar Sulawesi di Jawa disebut Sawangan, atau Sendaren, merupakan sebuah al...

    Pemberdayaan Komunitas Berbasis Seni Tra...

    by Nov 05 2024

    PEMBERDAYAAN KOMUNITAS BERBASIS SENI TRADISI DAN PESTA RITUAL KONTEKS Pemberdayaan komunitas berbas...

    Tubuh Yang Menemukan

    by Nov 05 2024

    “menari adalah mengarsitekturkan gerak kosmos dalam ruang” (YB. Mangunwijaya) “set...

    Mbah Kulsum, Salah Satu Pembatik Legenda...

    by Nov 05 2024

    Mbah Kulsum. Salah satu pembatik legendaris yang dimiliki Banyuwangi, dan beliau juga seorang pembat...

    Kehidupan Bangsa Ini Harus Musikal

    by Nov 05 2024

    Pengenalan alat musik bambu kepada anak anak SD IT di sanggar konser kampung jati tujuh Jabar Pentin...

    No comments yet.

    Sorry, the comment form is disabled for this page/article.
    back to top