Categories
  • Agenda
  • Artikel
  • Cerita Kampung
  • Event
  • Kabar
  • Program
  • Tubuh Yang Menemukan

    Nov 05 202455 Dilihat

    “menari adalah mengarsitekturkan gerak kosmos dalam ruang” (YB. Mangunwijaya)

    “setiap orang bisa menari” (Min Tanaka)

    Tubuh, ruang, alam, melodi, itulah hal-hal yang muncul dalam benak saya ketika membaca uraian program Motion and Dance Retreat. Tetapi di situ sekaligus saya harus melepaskan semua konsep tari yang selama ini saya pahami. Saya harus memahami “konsep baru” tentang tari, yang diperjelas oleh Min Tanaka, dalam sebuah wawancara.

    Min Tanaka, seorang seniman butoh yang luar biasa, menyuarakan tentang tari yang telah ada dalam tubuh. Maka ia pun sepakat dengan Tatsumi Hijikata, koreografer-penari-pendiri genre tari, butoh, bahwa yang sulit adalah “menemukan tari”, bukan “membuat tari”.

    Tari itu telah ada dalam tubuh keseharian : tubuh tukang kayu, nelayan, tukang pembuat dinding, petani, manula, para penyandang keterbatasan fisik, dll. Min dan Hijikata menemukan selalu ada kebaruan dalam ketidakpastian perjalanan tubuh keseharian  itu. Tari hadir natural dalam tubuh, sebagaimana alam menghadirkan arsitektur secara natural (YB. Mangunwijaya).

    Menurut saya menjadi relevan ketika dalam program Motion and Dance Retreat peserta dipertemukan dengan tubuh dan ruang keseharian. Mereka akan tinggal selama satu minggu di rumah penduduk, berinteraksi, mengikuti sebagian proses kehidupan kesehariannya. Tubuh mereka akan bertemu dan menyerap tubuh dan ruang keseharian masyarakat Temenggungan.

    Ada irama dan atmosfir yang menyimpan karakter tertentu. Jalan, dinding, lorong, bangunan, sendang, air suci bukit, pantai, … Semuanya menyimpan pesan kosmos.

    Kemudian mereka juga akan menyelami kesenian lokal yang telah hadir ratusan tahun sebagai bagian dari proses budaya masyarakat setempat : gandrung dan silat.

    “Kebaruan dalam ketidakpastian perjalanan tubuh keseharian” seperti yang diungkapkan Min Tanaka, adalah suatu hal yang oleh Tebo Aumbara -penggagas program  Motion and Danve Retreat-diterjemahkan sebagai “menemukan nilai-nilai baru”. Nilai-nilai baru ini tentunya akan coba diungkapkan pada penghujung program, yaitu pada sesi kolaborasi. Saya membayangkan adanya “kehadiran baru”, hasil interaksi tubuh-ruang-alam-melodi yang dibawa peserta dari waktu sebelumnya, dengan tubuh-ruang-alam-melodi Banyuwangi.

    Seperti yang diungkapkan Min Tanaka, hal semacam ini menarik karena individu dibebaskan dari imitasi. Tubuh dibiarkan berproses mengikuti kehendak alam, lalu dihadirkan.

    Lebih jauh saya tergelitik untuk mengetahui, adakah konflik tubuh di sana? Dalam kehidupan keseharian paling tidak tubuh bergerak antara dua titik : hening dan chaos (gaduh, tidak beraturan). Macam kompromi apakah yang terjadi di sana? Jika kita bicara waktu dan dampaknya terhadap bumi, maka akan pula muncul keingintahuan : bagaimana pertemuan tanah-air-udara-manusia hari ini beserta segala persoalan kontemporer yang mengiringinya, dengan “Banyuwangi hari ini” yang membawa dinamika dan pergeseran-pergeseran di dalamnya ? Perlukah kesadaran akan “tari”, atau biarkan saja cair kita melihat tubuh yang bergerak dan hadir?

    Jawabannya akan coba saya temukan dan hadirkan dalam tulisan selanjutnya.

    Maka, selamat datang “kehadiran baru”, yang akan terus bergerak menuju kebaruan-kebaruan selanjutnya.

    Yogyakarta, 30 Januari 2016

    Renee Sariwulan, penulis

    —————————————————————————————————————————————

    The Body Who Will Find

    “Dancing is architecturing cosmos motion in space” (YB. Mangunwijaya)

    “Every one can dance” (Min Tanaka)

    Body, space, nature, rhythm, they are things on my mind when i read about the program, “Motion and Dance Retreat, a workshop program in Kampung Temenggungan Banyuwangi, 13-19 February 2016.  In that way, it makes me have a new concept about dance. Min Tanaka helps me to make it clear in his interview.

    Min Tanaka, a great butoh’s artist, talk about dance which has already presented inside the body. He agree with Tatsumi Hijikata, dancer-choreographer-the founder of Butoh, that it is more difficult “to find dance” than “to make dance”.

    Dance has already presented in body daily life : carpenter, fisher, farmer, old man, disabled, and the other. Min and Hijikata find that it is always new things in the uncertainty daily life body. Dance present natural in the body

    , like the nature presents architecture natural too (YB. Mangunwijaya).

    So that will be relevant when in the Motion and Dance Retreat’s Program, the participants meet local body and local space in the daily life. They will stay one week in the people’s house in Kampung Temenggungan, make interaction, follow parts of a daily life process. Their body will meet and internalize the daily life’s body and space of Temenggungan’s people.

    There are rhythm and atmosphere which have certain character : street, wall, building, traditional market, crowd, farm, garden, holly water, river, hill, coast, … They all keep cosmos message.

    Then they will learn traditional dance and martial art as a part of dynamic local people’s culture for hundred time : gandrung and silat.

    “Always find new things in the uncertainty daily life body’s journey”, the statement from Min Tanaka, it has been understood as “find new values” by Tebo Aumbara, the conceptor of this program. I think that “new values” will be presented in collaboration performance at the end of the program. I imajine there will be new present, from the interaction between body, space, nature, and rhythm.

    Min Tanaka said the kind of performance is interesting because we have freedom from imitation. The body has been let to follow the nature, then it will be presented.

    More than that, i want to know, are there any body’s conflict? I believe that in our daily life,  the body move between silent and chaos. So, how we compromise  that, expecially in this program? How about the interaction? What the body find ? I think we shoud realize that we bring our “contemporary body” to meet Banyuwangi today (with the dynamic condition, change, problems, and the others). Then what will happen? Should we realize “the dance” in our body? Or let it flow as a motion, and it will be presented.

    So welcome the new present, who will continue to find the next new things for a long life journey.

    Yogyakarta, 2 February 2016

    Renee Sariwulan, dance writer

    Share to

    Related News

    SKETSA HIDUP RUANG KAMPUNG URBAN

    by Mar 17 2025

    SKETSA HIDUP RUANG KAMPUNG URBAN Ceritakan Ruang Kampung dalam Visual AI Di balik gemerlapnya gedung...

    BLITAR DAN DNA PEJUANG

    by Feb 07 2025

    Beberapa hari yang lalu saya tinggal di Blitar. Menyisir beberapa desa dan tempat. Bertemu dengan or...

    Penyuara Angin Oleh Misbach Bilok

    by Nov 05 2024

    Dangngong dalam bahasa Selayar Sulawesi di Jawa disebut Sawangan, atau Sendaren, merupakan sebuah al...

    Pemberdayaan Komunitas Berbasis Seni Tra...

    by Nov 05 2024

    PEMBERDAYAAN KOMUNITAS BERBASIS SENI TRADISI DAN PESTA RITUAL KONTEKS Pemberdayaan komunitas berbas...

    Mbah Kulsum, Salah Satu Pembatik Legenda...

    by Nov 05 2024

    Mbah Kulsum. Salah satu pembatik legendaris yang dimiliki Banyuwangi, dan beliau juga seorang pembat...

    Kehidupan Bangsa Ini Harus Musikal

    by Nov 05 2024

    Pengenalan alat musik bambu kepada anak anak SD IT di sanggar konser kampung jati tujuh Jabar Pentin...

    No comments yet.

    Sorry, the comment form is disabled for this page/article.
    back to top